Aku kini
terdiam merenungi apa yang telah terjadi. Aku sadar aku tidak bisa memutar
waktu kembali ke masa itu. Tapi aku selalu berharap saat-saat itu kembali
terulang. Sungguh di dalam benak ini terasa sangat sakit karena diriku
kehilangan dirimu. Namun aku hanya bisa menyesal dan menyesal karena perbuatan
bodoh yang telah aku lakukan padamu.
Aku bingung
harus memulainya lagi dari mana. Aku terlalu egois karena aku selalu
menginginkan semuanya dengan instant dan tanpa proses. Aku menginginkan dirimu
langsung mau kembali padaku dan bersikap seperti dulu saat kita bisa menyatu
dan selalu bersenang-senang.
Kini aku
sadar, bahwa segalanya pasti membutuhkan yang namanya proses. Hal itu pun aku
rasakan sama seperti aku ingin merubah segala sikap burukku terhadap dirimu. Semua
tidak bisa berjalan secara langsung, karena semua itu pasti membutuhkan suatu
proses. Aku tidak menyalahkan dirimu yang tidak mau menerima diriku lagi,
karena hal itu terjadi karena sikapku yang begitu jahat padamu. Namun saat itu
dirimu sendiri yang bilang padaku, bahwa kau yakin kalau diriku ini pasti bisa
berubah. Dulu kau begitu meyakini akan hal itu walaupun diriku sendiri selalu
pesimis. Dirimu mengatakan "semua itu butuh proses phii, gak mungkin kamu
tiba-tiba bisa langsung berubah itu. Tapi kamu harus yakin kalau dirimu itu
bisa berubah, karena aku yakin bahwa kamu suatu saat nanti pasti bisa berubah".
Aku menghargai
segala keinginanmu untuk merubah diriku ini menjadi orang yang lebih baik lagi.
Aku selalu berusaha untuk menjadi seperti apa yang kamu inginkan. Aku selalu
berusaha mewujudkan apa yang kau mau. Tapi mengapa saat aku bisa benar-benar merubah
sikapku dan menjadi seperti yang kau mau, kau malah mengatkan hal yang berbeda?
Kau malah mengatakan bahwa semuanya sudah terlambat. Bukannya dirimu sendiri
yang bilang jika semuanya itu pasti butuh suatu proses?
Aku mulai bertambah
bingung dengan apa yang harus aku lakukan untuk selanjutnya. Dirimu sudah
bagaikan nafas yang selalu menghidupiku, bagai darah yang selalu mengalir dalam
darahku, bagai nyawa yang memberi kehidupan, bagai spirit yang selalu memberi
semangat padaku.
Aku berjanji,
jika dirimu kembali padaku, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku akan
memanfaatkan kesempatan yang telah kau berikan padaku. Aku akan selalu
menyayangi dirimu seutuhnya. Aku akan berusaha sebisaku untuk membahagiakan
dirimu. Aku akan berusaha membuat dirimu selalu nyaman ada di dalam pelukanku.
Kini aku
akan merubah segala perbuatan buruk yang aku miliki. Aku akan tunjukkan bahwa
aku sungguh-sungguh ingin berubah dan ingin mencintaimu seutuhnya. Semua ini
kulakukan karena rasa sayangku kepadamu terlalu besar sehingga aku tidak bisa
menghilangkan dirimu dari hatiku.
RASA CINTA INI TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH SAMPAI KAPANPUN
Dulu aku
pernah merasakan sakit yang benar-benar mendalam tentang cinta. Sejak saat itu
aku tidak pernah ingin mengerti apa yang namanya cinta. Cinta yang selama ini
aku anggap indah, ternyata semua itu adalah bualan belaka. Semua sirna begitu
saja ketika kau pergi meninggalkan diriku dengan alasan yang tidak jelas. Yang lebih
membuat diriku sakit, ketika diriku tau bahwa kau telah menyiapkan pasangan dibelakangku.
Tidak lama setelah kita putus, ternyata kau sudah memiliki pasangan kembali. Aku
pun bertanya-tanya, apakah pasanganmu itu jadian denganmu sejak kita masih
pacaran atau baru jadian setelah kita putus. Tapi walau bagaimanapun aku tetap
tidak terima dan paling benci yang namanya cinta. Cinta itu OMONG KOSONG.
Ketika semua
sudah berlalu, aku menemukan sesosok perempuan yang manis. Aku tidak
menganggapnya cantik, karena bagiku dia adalah wanita yang sangat sederhana. Karena
kesederhanaannya itulah yang membuat diriku mencintainya. Aku berusaha untuk
mendekatinya, tapi di sisi lain aku pun masih takut untuk menjalani sebuah
percintaan. Aku masih belum siap untuk disakiti yang keduakalinya. Hati ini rasanya
sangatlah sakit.
Waktu terus
berjalan dan aku pun mulai lebih mengenal dirinya. Dia adalah wanita yang
sangat baik dan ramah. Dia memiliki nama yang sangat cantik "Nur"
yang berartikan cahaya dan "Rachmawati" yang berartikan pembawa
rahmat. Aku ingin mengenal dirinya lebih dekat dan aku pun juga ingin
berhubungan dengannya lebih dari sekedar teman. Aku berharap dia bisa membawakan
rahmat dari Allah melalui cahayanya yang sangatlah indah.
Aku sudah
jadian dengannya saat ini. Waktu yang kita jalani adalah waktu yang sangatlah
indah. Aku merasakan bahwa di dunia ini hanyalah milik kita berdua. Semua berjalan
begitu indah, namun ketika ada seseorang kawan yang tidak senang melihat saya
bergaul terlalu dekat dengan teman satu kelompok akhirnya kita berada di dalam
posisi perdebatan dan pertengkaran. Entah karena cemburu atau apa, tapi yang
pasti aku hanya menganggap teman ku itu sebatas adik atau sahabat dekat saja. Dan
pastinya aku hanya berharap semua permasalahan ini cepatlah berlalu.
Setelah dijalani
sekian bulan, akhirnya permasalahan ini tidak menemukan titik terang. Yang ada
permasalahan ini jadi kelam atau berwarna abu-abu. Tidak adanya solusi di
permasalahan ini membuat semuanya menjadi semakin runyam. Ingin dilupakan
begitu saya namun perasaan perih selalu saja ada, ingin di ungkit namun tidak
akan pernah bisa menemukan titik terang juga.
Aku memulai
kehidupan yang baru tanpa sahabat dan kawan. Aku hanya mempunyai pacar yang
selalu menyemangati diriku dari belakang. Apa yang aku lakukan selalu saja
didukung olehnya. Dia selalu ada ketika aku membutuhkannya. Dia selalu
menyayangi diriku dengan kasih sayangnya. Perhatian yang sudah diberikan
kepadaku tidak pernah bisa digantikan oleh apapun. Kasih sayang yang sudah
diberikan kepadaku tidak pernah bisa terbayarkan oleh nilai berapapun.
Aku mulai
yakin bahwa dialah wanita yang terlahirkan olehku. Dialah orang yang akan
selalu membuatku bahagia. Dialah orang yang bakal selalu mendampingi hidupku. Aku
mulai mengenalkan dia kepada orang tuaku. Ortu pun mendukung sepenuhnya pada
keputusanku. Aku sangatlah kaget dengan apa yang sudah dilakukan oleh ortu. Karena
selama ini tidak pernah 1 pun keputusanku yang didukung oleh ortu. Semua yang aku
lakukan selalu salah dimata ortu. Namun kali ini tidak. Ortu hanya memberi
semangat dan memberi masukan agar tidak pernah menyakiti dirinya.
Senang sekali
rasanya mendapatkan kekasih yang didukung oleh orang tua. Semua keluarga pun
mendukung diriku untuk selalu berasamanya. Aku pun berjanji pada diriku bahwa
aku akan selalu membuat dirinya senang dan nyaman didekatku.
Waktu terus
berjalan. Selalu saja ada masalah di dalam suatu hubungan. Aku selalu bersikap
keras pada dirinya, bahkan aku pun pernah main tangan kepadanya. Entah apa yang
dipikirkan oleh dirinya, tapi dia tidak pernah mengeluh dan tetap mencintaiku
apa adanya. Aku sempat berpikir bahwa dia tidak punya rasa marah sama sekali. Disaat
aku sedang merenungi apa yang sudah aku pikirkan, aku merasakan kekecewaan yang
sangat mendalam. Aku menyesal akan semua yang telah aku perbuat kepadanya. Ingin
rasanya aku meminta maaf, tapi entah mengapa aku tidak pernah bisa atau tidak
pernah mau untuk meminta maaf. Aku hanya bisa berharap dan berjanji, bahwa
suatu saat nanti aku akan mengganti kesalahanku ini dengan sesuatu yang bisa
membuat dirinya senang dan gembira.
Aku tidak
ingin melihatnya bersedih dan menangis. Tiap kali aku bertengkar dengannya, dan
ketika dia meneteskan air mata, aku selalu berpikir bahwa diriku ini sangatlah
bodoh. Aku ini tidak berguna. Kenapa aku harus membuat dirinya bersedih. Kenapa
aku selalu membuatnya kecewa.
Sering kali
perkataan putus terucap olehku, tapi sesungguhnya aku tidak ingin
meninggalkannya. Saat itu aku hanya berpikir bahwa aku ingin memotivasi dirinya
agar dia bisa jadi lebih baik. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan
benar-benar meninggalkan dirinya. Aku tidak tahu apakah yang aku lakukan ini
benar atau salah. Tapi aku sendiri juga bingung harus bersikap seperti apa
lagi. Mungkin aku memanglah terlihat aneh. Tapi saat itu pikiranku mengatakan
seperti itu. Anehnya lagi, kenapa aku selalu bisa memberikan solusi yang
terbaik kepada orang lain dan membuat agar hubungan orang menjadi langgeng,
tapi diriku sendiri tidak dapat melakukannya dan menerapkannya pada diriku.
Dia bercerita
kepadaku apa yang sedang dia lakukan. Dia bercerita tentang apa yang dia
rasakan, sedang apa, dan apa saja yang dia alami. Dia bernah bilang bahwa ada
seseorang yang sayang dan mencintai dirinya. Saat itu aku tidak pernah
merasakan cemburu. Aku tidak ingin melarangnya untuk berhubungan dengan orang
tersebut. Aku yakin bahwa dia sangatlah mencintai diriku ini. Tapi entah
mengapa disaat aku sendiri memikirkan hal itu, rasanya aku cemburu dan tidak
rela jika dia berhubungan dengan orang itu. Aku takut kehilangan dia karena
aku sangat mencintai dirinya.
Kali ini
aku melakukan kesalahan terberat kepadanya. Aku memutuskan dirinya tanpa suatu
alasan. Aku sendiri juga tidak mengerti apa yang membuat diriku melakukan hal
itu. Semua terjadi begitu saja, rasanya seperti aku pernah mengalami hal itu
sebelumnya.
Disaat aku
ingin memperbaiki semuanya, dia sudah berubah. Dia sudah tidak mencintai diriku
lagi seperti saat itu. Kekecewaan lah yang selalu ada di dalam pikiranku. Hanya
rasa penyesalan lah yang bisa aku ungkapkan. Saat ini aku sungguh-sungguh ingin
membenahi hubungan antara diriku dengan dirinya. Aku berjanji bahwa tidak akan
pernah mengatakan sesuatu hal yang bisa membuat dirinya terluka. Aku berjanji
bahwa tidak akan pernah melakukan hal-hal yang membuat dirinya kecewa lagi. Tapi
semua itu sudah terlambat. Dia sudah tidak bisa menerima diriku lagi. Dia sudah
terlanjur menyayangi seseorang yang selalu menanti dirinya.
Saat ini
pandanganku kosong. Semua yang aku lihat berwarna putih. Tapi kehidupanku
terasa berwarna abu-abu, kelam, bahkan mungkin berwarna hitam. Aku tidak
memiliki semangat untuk hidup. Hanya ada satu permintaan yang ingin aku berikan
kepada dirinya. Aku ingin melihatnya bahagia di atas sana, dan aku ingin mati
di dalam pelukannya. Aku menginginkan hal itu karena aku sungguh-sungguh
mencintai dirinya. Aku ingin dia yang menjadi pasangan terakhir di dalam
hidupku.
Sekarang
dia bingung dengan apa yang dia rasakan. Dia bingung apa yang harus dia
lakukan. Disatu sisi aku menginginkan dirinya kembali padaku, namun disisi lain
dia sudah tidak mencintai diriku dan mencintai seseorang. Dia tidak ingin
kecewa saat mengambil suatu keputusan. Dia ingin memikirkannya matang-matang
agar dia tidak kecewa lagi.
Aku hanya
bisa berharap semoga dia mau menerima diriku lagi. Tapi entah apa yang harus lakukan.
Apakah aku harus bersikap optimis, atau aku harus bersikap pesimis. Aku tahu
bahwa rasa sayangnya kepadaku sangatlah kecil, tidak seperti rasa sayangnya dia
kepada seseorang itu yang begitu besar. Tapi aku benar-benar ingin merubah
segalanya. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan kepadanya seperti yang
dulu-dulu.
Pesan untuk dirinya di sana : "Bhii, aku sayang banget
sama kamu. Aku ingin kita bisa kembali lagi seperti dulu. Aku tahu mungkin ini
sangatlah sulit buat kamu, tapi aku benar-benar sayang sama kamu. Aku benar-benar
cinta sama kamu bhii. Aku tidak ingin meninggalkan dirimu lagi bhii. Masalah yang
kemarin adalah yang terakhir kali aku menyakiti kamu dan masalah kemarin adalah
yang terakhir kali aku meninggalkan kamu. Aku bakal selalu ada buat kamu bhii. I
LOVE YOU BHII *Nor Rachmawati*"
Kenangan ini gak akan pernah hilang di dalam hatiku bhii..